Kamis, 13 September 2012

heart touching story

Cerita ini aku temuin di sini. Pernah ku-share di notes FB. Dalem dan berkesan banget, makanya pengen tak posting di blog hehe. Selamat menyimak.

A doctor entered the hospital in hurry after being called in for an urgent surgery. He answered the call asap, changed his clothes & went directly to the surgery block. He found the boy's father pacing in the hall waiting for the doctor. On seeing him, the dad yelled:

"Why did you take all this time to come? Don't you know that my son's life is in danger? Don't you have any sense of responsibility?"


The doctor smiled & said:

"I am sorry, I wasn't in the hospital & I came as fast as I could after receiving the call and now, I wish you'd calm down so that I can do my work."

"Calm down?! What if your son was in this room right now, would you calm down? If your own son dies now what will you do??" said the father angrily
.

The doctor smiled again & replied: "From dust we came & to dust we return, blessed be the name of God". Doctors cannot prolong lives. Go & intercede for your son, we will do our best by God's grace."


"Giving advises when we're not concerned is so easy", murmured the father.


The surgery took some hours after which the doctor went out happy,

"Thank goodness!, your son is saved!" And without waiting for the father's reply he carried on his way running. "If you have any question, ask the nurse!!"

"Why is he so arrogant? He couldn't wait some minutes so that I ask about my son's state" Commented the father when seeing the nurse minutes after the doctor left.


The nurse answered, tears coming down her face: "His son died yesterday in a road accident, he was in the burial when we called him for your son's surgery. And now that he saved your son's life, he left running to finish his son's burial."


"Moral: Never judge anyone because you never know how their life is & what they're going through."

Semoga ada manfaatnya :)

The falling leaf doesn't hate the wind..

Daun yang jatuh tak pernah membenci angin..

Iya betul, itu judul novel. Karyanya bang Tere Liye. Udah cukup lama terbitnya, tapi aku baru baca kemarin. Telat deh, hehe.

Ga tau ya, udah berbulan-bulan aku ngerasa minat bacaku menurun. Hmm, lebih tepatnya jadi agak susah munculin mood buat baca buku; yang pada akhirnya bakal bikin proses baca buku jadi lama banget. Kalo lagi ga mood itu, baca buku ringan nan tipis aja bisa berhari-hari ga selesai-selesai. Padahal dari dulu hobiku baca. Dari kecil, kalo ditanya hobi ya jawabannya baca. Kalo ngisi biodata di orgi2 punya temen jaman SD dulu, di bagian Hobi pasti ngisinya baca. Kalo mau tidur aja harus baca buku dulu baru ngantuk dan bisa tidur. Tapi yang barusan (baca buku dulu baru tidur) sih kayaknya cuman bertahan sampe SMP deh haha. Padahal habits yang cukup oke kalo diinget-inget. Analisisku soal yang jadi alasan kenapa minat baca bisa menurun ini, yaa disadari atau tidak, ada andil perkembangan teknologi juga. Bikin lebih asik main komputer, main internet, dlsb daripada baca buku.

Okeh, back to topic. Bukan mau bahas soal baca sih. Jadi ceritanya kemarin aku lagi mood baca, yang jadi korbannya adalah novel "Daun yang jatuh tak pernah membenci angin"-nya bang Tere Liye itu. Aku di rumah punya beberapa buku karyanya bang Tere, tapi percaya atau ga, aku baru khattam buku Hafalan Shalat Delisa. Itu juga udah lama banget, payah deh hehe. Nah kemarin, aku bisa baca buku bang Tere itu beberapa jam aja (3 jam-an). Bukunya setebal 256 halaman. Yah, standard sih, ga terlalu tebal. Tapi buat orang yang notabene udah jarang baca ya lumayan juga. Selain karena lagi mood baca itu, alur ceritanya asik banget. Mengalir, cukup membawa pembaca ke dalam cerita, bikin penasaran, yah begitulah. Kata orang sih itu emang ciri khas bang Tere. Ntar kubuktiin deh pas baca buku-bukunya yang lain lagi :D

Novel ini menarik banget. Jujur, awalnya aku (dan rasanya sebagian besar pembaca) tertarik sama judulnya. Soal judul ini, bang Tere bilang diambil dari quote anonim film Jepang Zatoichi: the falling leaf doesn't hate the wind. Dari judulnya, dugaanku novel ini bakal berkisah tentang sesuatu yang harus diikhlaskan. Dan ternyata memang ga jauh dari itu. Nih tak ketikin tulisan penarik di halaman belakang yah:

Dia bagai malaikat bagi keluarga kami. Merengkuh aku, adikku, dan Ibu dari kehidupan jalanan yang miskin dan nestapa. Memberikan makan, tempat berteduh, sekolah, dan janji masa depan yang lebih baik.

Dia sungguh bagai malaikat bagi keluarga kami. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan teladan tanpa mengharap budi sekalipun. Dan lihatlah, aku membalas itu semua dengan membiarkan mekar perasaan ini.

Ibu benar, tak layak aku mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas. Maafkan aku, Ibu. Perasaan kagum, terpesona, atau entahlah itu muncul tak tertahankan bahkan sejak rambutku masih dikepang dua.

Sekarang, ketika aku tahu dia boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih dari seorang adik yang tidak tahu diri, biarlah.. Biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun.. daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggutkan dari tangkai pohonnya.

Ceritanya bisa dibilang unik. Alurnya asik, bahasanya ringan, settingannya nyata (dan dekat dengan kehidupan: Depok! :D), bisa bikin kita ikut masuk dalam ceritanya, ga bertele-tele, yah ga fiktif banget gitu deh.

Ada beberapa kalimat yang aku suka dari novel ini:

Daun yang jatuh tak pernah membenci angin.. Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya..

Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan.

Tak ada yang perlu disesali. Tak ada yang perlu ditakuti. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawanya pergi entah ke mana. Dan kami akan mengerti, memahami, dan menerima..

Nice lah ini novelnya. Inspiring. Cukup banyak pelajaran yang bisa diambil. Jadi pengen punya dan baca semua karyanya bang Tere haha. Selama ini cukup aktifnya ngikutin beliau di FB aja sih (itu juga inspiring banget :D).

Buat yang belum baca, ga ada salahnya baca novel ini, selamat membaca! :)