Kamis, 29 November 2012

boleh nggak?

"Bolehkah menyatakan kerinduan? Perasaan kepada seseorang?

Tentu saja boleh. Tapi jika kita belum siap untuk mengikatkan diri dalam hubungan yang serius, ikatan yang bahkan oleh negara pun diakui dan dilindungi, maka sampaikanlah perasaan itu pada angin saat menerpa wajah, pada tetes air hujan saat menatap keluar jendela, pada butir nasi saat menatap piring, pada cicak di langit-langit kamar saat sendirian dan tak tahan lagi hingga boleh jadi menangis.

Dan jangan lupa, sampaikanlah perasaan itu pada yang maha menyayangi. Semoga semua kehormatan perasaan kita dibalas dengan sesuatu yang lebih baik."

-Tere Liye

Selasa, 20 November 2012

Tulang Rusuk?

Sebenernya udah cukup lama nulis ini, tapi masih disimpen di flashdisk trus lupa mau publish. Komen Fajrun di postingan sebelum ini mengingatkan kalo pernah nulis ginian. Thanks jrun :p

Hawa dan Nabi Adam berjodoh. Hawa diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam. Hawa adalah seorang perempuan. Nabi Adam adalah seorang laki-laki.

Dari premis-premis di atas, timbul pertanyaan: apakah perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki, lebih khusus lagi laki-laki yang merupakan jodohnya?

Random yah. Hahaha. Jadi mikir aja karena kata “tulang rusuk” begitu overrated saat ini. Betapa banyak dan semakin sering melihat orang menggunakan kata ini untuk membahas tentang ‘jodoh’. Yeaa, topik yang sama overrated-nya, menurutku.

“Aku mencari tulang rusukku..” “Tulang rusukku, di manakah kau berada?” “Jika memang dirimulah tulang rusukku, kau akan kembali pada tubuh ini..” “Mencari tulang rusuk yang hilang..” “Bersabarlah menunggu dia yang dengan tulang rusuknya kita diciptakan :’)” “Pertemuan kita dengan pemilik tulang rusuk yang menjadikan kita ada tidak perlu dinodai dengan pacaran..” dan lain-lain..

Terkesan puitis sih ya emang kalau dipakai?

Mungkin nggak ada salahnya memakai kata itu, tapi aku jadi mikirin pertanyaan di atas aja. Apakah perempuan X yang berjodoh dengan laki-laki Y diciptakan dari tulang rusuk Y? Mikirin tentang penciptaan manusia juga jadinya. Nabi Adam kan diciptain duluan, baru Hawa. Kalau pertanyaan itu dijawab dengan ‘Ya’; maka semua laki-laki diciptakan terlebih dahulu, baru jodohnya perempuan diciptakan. Muncul pertanyaan lagi, apakah yang diciptakan lebih dahulu itu diturunkan ke dunia (lahir) lebih dahulu juga? Atau mudahnya, apakah ia akan memiliki usia lebih tua? Kalau pertanyaan itu pun dijawab dengan ‘Ya’; maka seorang laki-laki memiliki usia yang lebih tua dari jodohnya (perempuan). Lalu muncul lagi pertanyaan, bagaimana dengan laki-laki yang berjodoh dengan perempuan yang lebih tua usianya? 

Banyak sekali kan contohnya. Kita ambil contoh paling mudah deh, Nabi Muhammad dengan Khadijah. Itu bagaimana? Apa Nabi Muhammad diciptakan lebih dahulu, lalu dari tulang rusuknya diciptakan Khadijah, namun Khadijah hadir ke dunia lebih dahulu? Atau bagaimana? Ini masih mengacu pada perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk laki-laki (wabil khusus laki-laki yang merupakan jodohnya). Kemudian ada lagi, bagaimana dengan laki-laki yang memiliki pasangan lebih dari satu? Mudahnya kita tetap menggunakan contoh Nabi Muhammad. Nabi Muhammad kan istrinya lebih dari satu, apakah semua istrinya diciptakan dari tulang rusuk beliau? Hehehe.

Lebih lanjut lagi, yaa jadi mikirin tentang jodoh itu sendiri sih. Sebenarnya yang dimaksud dengan jodoh itu apa, yang bagaimana, ada berapa? Nabi Muhammad itu jodohnya siapa? Apa semua istri beliau itu jodoh beliau? Trus kan istri Nabi ada yang janda gitu, itu gimana? Jodohnya istri Nabi yang janda itu Nabi sendiri atau suami sebelumnya? Atau dua-duanya? Lalu istri Nabi yang janda diciptakan dari tulang rusuk siapa, Nabi atau suami sebelumnya? :D

Kalau dari hasil diskusi sama Mama sih gini: jodoh itu punya batas waktu tertentu, dan baru bisa dibilang jodoh atau tidaknya itu setelah seseorang meninggal. Misalnya perempuan X nikah sama laki-laki Y. X dan Y saat itu adalah jodoh. Nah ketika misalnya X dan Y ini bercerai, maka jodoh mereka berhenti sampai di situ. Bila kemudian X maupun Y ini masing-masing menikah lagi, misal X dengan Z, Y dengan W, maka saat itu jodoh X adalah Z dan jodoh Y adalah W. Lalu misalnya X meninggal dunia, maka benarlah jodohnya X itu memang Z. Adapun Z, apabila setelah ditinggal meninggal oleh X dia menikah lagi, dengan V  misalnya, maka jodohnya Z adalah V. Dan bila sampai Z meninggal ia tetap bersama V, yaa maka benar, V adalah jodohnya. Rempong nggak? :p Itu kata Mama sih. Aku sendiri belum begitu paham bagaimana, walaupun sebagian besar hatiku mengiyakan kata-kata Mama itu, hehe. Waktu diskusi itu Mama ngasih contohnya Nenek sama Datuk aku (orangtua Mama). Nenek meninggal duluan, lalu sampai akhir hayatnya Datuk nggak menikah lagi. Jadi (menurut Mama), Nenek sama Datuk aku berjodoh. Kalau memang benar, semoga Allah beri kesempatan bertemu dan berkumpul lagi di akhirat nanti; aamiin. :’)

Sedikit agak terjawabnya soal jodoh, tapi soal tulang rusuk belum begitu final. Keingetan juga sama kata-kata bijak yang bilang karena perempuan diciptakan dari tulang rusuk, gampang bengkok dsb jadi harus dijaga hati-hati. Kalau aku pribadi sih sebenarnya menjawab pertanyaan yang ada (dari premis awal) itu dengan ‘tidak’. Menurut pemikiranku kejadian “tulang rusuk” yang benar hanya saat penciptaan Hawa dari Nabi Adam, selainnya dan selebihnya adalah sebuah kiasan. Tapi wallahua'lam bishshawab :)

Oke lah. Ini cuma pemikiran random yang berawal dari ke-overrated-an “tulang rusuk”. Bukannya nggak suka, kiasan itu bagus dan memang benar puitis. Cuma ya nggak gitu suka aja kalo keseringan dipakai. Haha. Too much is not good :p

Senin, 12 November 2012

Ms. Pencari

Barang hilang?
Well, seharusnya nggak ada sih frase kayak gitu hehe, karena mustahil sesuatu itu hilang. Palingan cuma pindah tempat, lupa naro, ya begitu. Ulang deh.

Lupa naro barang? Nggak tau itu barang ada di mana? 
Kalo di rumahku ada kejadian semacam itu, maka orang2 akan memanggil: "Saaar, liat ini nggak? Cariin dong!" atau "Deeek, ini di mana ya? Liat nggak? Cariin ya." atau respon sejenis itu lah. Orang2 rumah biasanya "nyari pake mulut", sementara yang kebagian "nyari pake mata dan tangan" adalah aku -_- Hehe hampir setiap ada yang mau dicari, akulah yang dipanggil. Bahkan di rumah dapet julukan "miss pencari". Kocak sih. Alasannya yaa karena bisa dibilang aku hampir selalu tau tempat penyimpanan barang2 (yang seringnya juga karena aku yang suka beres2in), atau kalo misalnya pun aku nggak tau, aku hampir selalu bisa nemuin barang itu. 

Ini semua kayaknya nggak lepas dari kecenderungan pembawaan aku yang melankolis. Orang melankolis itu kan peka, perhatian, teratur, rapi, detail, dan (mungkin paling berhubungan sama topik postingan ini adalah) tekun. Bukan maksudnya narsis, tapi emang gitu kenyataannya. Sebenernya aku juga kadang nggak tau barang2 ditaronya di mana, tapi aku mau nyari. Tekun, serius, sampai dapat. Kalo udah memulai sesuatu ya dituntasin. Kalo orang rumah (karena udah tau dan percaya sama aku juga sih) kan pada males nyari tuh, lebih gampang nyuruh aja gitu. Dari akunya juga rasanya yaa seneng aja sih melakukan pencarian itu (walau kadang suka bete juga, apalagi kalo yang dicari ada banyak haha manusiawi lah). Nah selain itu, rasanya kalo sampe berhasil nemuin barang yang dicari tuh, puasnya beuuh :p

Itu tadi kan kaitannya sama orang lain ya. Nah, kalo buat diri sendiri juga nggak jauh beda. Karena cukup teratur, rapi, dan penuh perencanaan, aku jaraaang banget yang namanya ketinggalan sesuatu, kelupaan sesuatu untuk dibawa, atau lupa naro barang di mana. Kalopun sampe kejadian kayak gitu, aku nggak minta bantuan orang lain, cari aja sendiri trus nggak lama ya ketemu.

Terkesan random ya postingannya, haha. Bukan tanpa alasan sih. Abisan ini baru aja selesai ngerjain titah Mama: nyari barang yang entah di mana. Butuh waktu 30 menitan bongkar2 lemari (kayaknya rekor) dan alhamdulillah ketemu. :D Bukan pure karena usahaku tentu aja, wong sepanjang nyari aku gumam, "YaAllah mana ya, tolong tunjukin." Hehe. Abis laporan kalo barangnya udah ketemu, Mama negasin deh, "Dikau memang pencari yang ulung :D" Kalo Mba Iya atau Mas Emi biasanya bilang, "Kamu memang Ms. Pencari!" Hahaha ada2 aja deh.

Oke deh. Keberhasilan mencapai sesuatu karena keseriusan dan ketekunan itu rasanya emang luar biasa. Ya, meski hanya sesederhana urusan cari-mencari barang hehehe. Ciao!

P.S. Sedikit banyak inilah kenapa dulu cita2ku pengen jadi detektif dan menyalurkannya dengan detektif2an di kehidupan nyata sampai sekarang :D

*bagaimana dengan pencarian jodoh? #eh #becanda :p

Rabu, 07 November 2012

how far can you go?

"Whenever you find yourself doubting how far you can go, just remember how far you have come. Remember everything you have faced and all the fears you have overcome. Keep on moving, keep on trying. Then you'll be surprised to know how far you can go from the point where you thought it was the end."

-one of my favorite quote anonymous read somewhere [#ntms]

Jumat, 02 November 2012

ARSENAL To Indonesia!

It's confirmed! 
Arsenal is delighted to announce that the first team will play a pre-season game in Jakarta, Indonesia in summer 2013! Kyaaa~

Ini beritanya di situs resmi Arsenal:

The match will see the Club return to Asia following two highly-successful pre-season tours in the region over the past two years. It will be the first time that the Club has visited Indonesia since 1983.

Ivan Gazidis ngasih SBY hadiah jersey sekalian announcement soal pramusim 2013

“Everyone at Arsenal is extremely excited to once again be visiting Asia and travelling to Indonesia for what will be the Club’s first visit to the country in 30 years. We know that Arsenal enjoy fantastic support in Indonesia and we are all looking forward to bringing the Club closer to these loyal fans and learning more about the country’s rich heritage and culture.” 

The match will be organised and promoted in Indonesia in conjunction with Arsenal’s partners RCTI and Pro Events. More details about the fixture and supporters’ activities will be announced in due course.

Lagi hot banget nih. Baru resmi keluar beritanya semalem, aaa~
Setelah 2 tahun tur pramusim di China sama Malaysia mulu, bikin kita2 ngarep mulu, bikin gemes dan ngiri liat Gooners2 Indonesia ber-uang lebih berhasil plesir ke China sama Malaysia; akhirnya insyaAllah tahun depan di INDONESIA!

Ini semua nggak lepas dari usaha Arsenal Indonesia Supporter "menarik hati" para pemain dan petinggi klub dengan bermacam cara. Mention-mention di twitter, chanting nonstop kalo lagi hadir di pertandingan, dan bikin Arsenal "ngeh" akan keberadaan kita dengan bawa banner segede gaban. Nih (source foto dari @ID_ARSENAL):

Banner gede pramusim 2011 @ Bukit Jalil
2 banner gede @ Bukit Jalil pramusim 2012

Pemain Arsenal foto dengan background banner super! @ Bukit Jalil 2012
Kayak yang udah disebut di atas, (kalo jadi) kedatangan Arsenal nanti bakal jadi yang pertama kali setelah 30 tahun. Yup, Arsenal sebelumnya udah pernah datang ke Indonesia tahun 1983. Dulu, jaman-jamannya tim sepakbola nasional kita masih oke dan emang sering kedatangan tamu tim-tim hebat. Dulu, waktu Arsenal belum setenar sekarang. Dulu, bisa dibilang pas masih eranya Liverpool, Aston Villa, atau Nottingham Forest yang mantep di Liga Inggris sana. Jaman baheula, eike juga belum lahir :p 

1983 itu, Arsenal melakukan beberapa pertandingan persahabatan. Awalnya  sama PSMS Plus di Medan, menang 3-0. Trus ketemu PSSI Selection di Senayan, menang juga 5-0. Nah, yang terakhir dengan Niac Mitra di Surabaya. Dan hasilnya Arsenal kalah! Niac Mitra menang 2-0. Bangga banget tuh! :D Abis itu Arsenalnya liburan deh ke Bali~ haha

Yaa semoga beneran terwujud deh dan nggak ada kejadian yang bikin gagal (kayak waktu MU mau ke sini tapi ada bom). Kalau ada kesempatan, insyaAllah mau nonton langsung! :)

Rabu, 17 Oktober 2012

Bidadari-bidadari Surga

"Laisa, adalah sulung dari lima bersaudara. Dia bersumpah akan memberikan kesempatan pada adik-adiknya untuk menjadi orang-orang yang hebat. Sumpah yang membuat terang-benderang seluruh kisah ini.

Laisa, adalah sulung dari lima bersaudara. Menyimpan seluruh pengorbanannya seorang diri hingga detik terakhir hidupnya. Saat empat adik-adiknya pulang secepat mungkin ke Lembah Lahambay yang indah, menemui Kakak yang membutuhkan mereka untuk pertama kali sekaligus terakhir kali seumur hidupnya."

Lagi-lagi novel bang Tere Liye. Nggak lama habis baca Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, aku baca novel ini. Kenapa novel ini jadi pilihan untuk dibaca di antara buku bang Tere lain yang belum kubaca? Alasannya karena aku lihat dari FBnya bang Tere, novel ini mau dibuat film. Kalau novel mau dibuat film pastilah novelnya bagus, atau best seller, banyak yang suka.  Bidadari-bidadari Surga ini terbit tahun 2008 ─sudah lama juga hehe lebih dulu dibanding DyJTPMA (2010), dan ternyata sudah berkali-kali dicetak ulang. Novel yang kupunya saja cetakan ke-7, tahun 2011 :D Aku baca novel ini beberapa hari. Eits, bukan karena ceritanya nggak seru. Tapi aku begitu sayang menghabiskan cerita ini. Memang, buku bagus itu kriterianya kalau nggak bikin pembaca penasaran mau melahap buku tsb sampai akhir, ya kayak aku gitu: lama-lamain bacanya, sayang kalau ceritanya habis. :’)

Membahasnya sedikit. Mmm sebelumnya pengumuman penting, akan ada banyak spoiler di sini, hehe.

Ini novel tentang cinta. Bukan, bukan cinta kasih yang manis romantis berhias konflik antara dua manusia yang statusnya belum halal (baca: pacaran nggak jelas) yang malah menebar virus galau buat pembaca. Lebih dalam dan lebih penting dari itu, ini tentang cinta dalam keluarga. Cinta seorang anggota keluarga kepada anggota keluarga yang lain: anak-orang tua, anak-anak; lebih khusus memang cinta seorang kakak pada adik(-adik)nya. Sesuatu yang di zaman sekarang sepertinya semakin terkikis dan kehilangan tempat.

Tokoh sentralnya adalah Laisa. Ia adalah anak pertama dari lima bersaudara dalam sebuah keluarga yang tinggal di lembah indah yang sempurna dikepung hutan belantara dan terpencil dari manapun. Kota kecamatan terdekat saja harus ditempuh dalam waktu dua jam perjalanan. Daerah itu namanya Lembah Lahambay, letaknya persis di tengah-tengah bukit barisan yang membelah pulau. Laisa ini, seorang kakak yang sangat istimewa. Ia mengorbankan, memberikan, melakukan; segalanya, apa saja, yang ia bisa; untuk keempat adiknya (Dalimunte, Wibisana, Ikanuri, dan Yashinta). Semata demi kesuksesan dan kebahagiaan mereka, juga kebahagiaan Mamak (Lainuri). Semuanya ia lakukan dengan penuh keikhlasan dan cinta kasih tulus, tanpa memedulikan dirinya sendiri. Biar ia terluka, biar ia sakit, biar ia terbelakang, biar semuanya ia simpan dan pendam sendiri, asal adik-adiknya berhasil. Itulah kebahagiaan untuknya. Sosok yang begitu luar biasa.

Karena keterbatasan biaya, Kak Laisa rela mengorbankan dirinya berhenti sekolah agar adik-adiknya bisa sekolah, juga agar ia bisa lebih sering membantu Mamak bekerja:  di ladang, memasak gula aren, membuat rajutan, anyaman, dan lain-lain; yang dengan itu akan menghasilkan lebih banyak uang. Kak Laisa penurut dan patuh pada Mamak, Kak Laisa juga tegas, disiplin, dan sering memarahi adik-adiknya bila mereka mulai bandel membolos sekolah. Namun Kak Laisa pun selalu membela dan tidak akan membiarkan adik-adiknya kecewa atau malu. Bila ada yang harus kecewa atau malu, itu adalah dirinya, bukan adik-adiknya. Kak Laisa mandiri, percaya diri, bersemangat, dan selalu dapat belajar dari kesalahan, seperti saat mencoba menanam strawberry di ladang mereka; yang pada awalnya dianggap aneh dan mustahil berhasil karena mereka sudah terbiasa menanam jagung. Kak Laisa pintar dan dapat mengajarkan apa yang tidak diajarkan di sekolah, seperti mengajari Yashinta tentang alam, menunjukkan padanya berang-berang lucu, juga menjelaskan sistem pertahanan diri seekor kukang yang tidak semua orang mengetahuinya. Hanya orang seperti Kak Laisa yang mewarisi kebijakan alam yang tahu. Kak Laisa tidak pernah datang terlambat untuk menolong adik-adiknya: menerabas hujan demi mendatangkan kakak dari Fakultas Kedokteran yang sedang KKN di kampung mereka untuk mengobati Yashinta yang kejang, meski  kakinya sakit bukan main terhantam batang kayu; juga berani menghadapi penguasa hutan rimba Gunung Kendeng yang siap menerkam Ikanuri dan Wibisana, dengan menjadikan dirinya sendiri sebagai ‘tumbal’.

Malam itu di Gunung Kendeng, disaksikan kunang-kunang, di remang semburat merah langit yang membuat wajah Kak Laisa yang hitam dan berambut gimbal, kontras dengan adik-adiknya yang putih dan berambut lurus; Kak Laisa berkata:
“Suatu hari nanti, sungguh kalian akan melihat berjuta kerlip cahaya lampu yang jauh lebih indah di luar sana, di luar lembah kita.. Suatu hari nanti kalian akan melihat betapa hebatnya kehidupan ini.. Betapa indahnya kehidupan di luar sana. Kalian akan memiliki kesempatan itu, yakinlah.. Kakak berjanji akan melakukan apapun demi membuat semua itu terwujud.”

“Tapi sebelum hari itu tiba, sebelum masanya datang, dengarkan Kakak. Kalian harus rajin sekolah, rajin belajar, dan bekerja keras. Bukan karena hanya demi Mamak yang sepanjang hari terbakar matahari di ladang. Bukan karena itu. Tapi kalian harus selalu bekerja keras, bekerja keras, bekerja keras, karena dengan itulah janji kehidupan yang lebih baik akan berbaik hati datang menjemput..”

Benar. Dengan kerja keras, sungguh-sungguh, Dalimunte yang cemerlang sejak kecil kini sudah doktor,peneliti Fisika yang hebat; Ikanuri dan Wibisana yang suka bandel pun sukses dengan usaha bengkelnya; Yashinta yang cantik juga gemilang dengan passionnya pada alam dan sudah menyandang gelar master di bidang Biologi. Dalimunte, Ikanuri, dan Wibisana juga telah menikah dan memiliki anak; mereka telah memiliki keluarga yang harmonis dan bahagia. Kehidupan yang jauh membaik dan adik-adik yang membanggakan, itu semua sudah lebih dari cukup untuk Kak Laisa.

Anggukan mantap yang Kak Laisa berikan saat Babak (ayah) berkata, “Lais, kau bantu Mamakmu menjaga adik-adik hingga Babak pulang dari mencari kumbang” lah yang membuat Kak Laisa bertahan. Anggukan yang menjadi janji sejati, janji seorang kakak. Karena Babak mereka ternyata tidak pernah pulang-pulang.

Dan doa “YaAllah, aku mohon, meski hamba begitu jauh dari wanita-wanita mulia pilihan-Mu, hamba mohon kokohkanlah kaki hamba seperti kaki Bunda hajar saat berlarian dari Safa-Marwa.. Kuatkanlah kaki Laisa seperti kaki Bunda Hajar demi anaknya Ismail..” favorit Kak Laisa yang mengukir langit tiap kali ia berkorban, yang menguatkan dan membuatnya tetap tegar.

Kak Laisa selalu menampakkan dirinya baik-baik saja, Kak Laisa tidak pernah menangis di depan adik-adiknya, Kak Laisa tidak pernah mengeluh, Kak Laisa selalu mengalah, Kak Laisa selalu menyimpan apa yang dirasakannya sendirian … pun ketika dirinya divonis terkena kanker paru-paru. Adik-adiknya tidak ada yang tahu hal itu. Hingga waktu yang pasti datang itu dirasa sudah dekat, Kak Laisa akhirnya mengizinkan Mamak untuk memberitahu mereka agar segera pulang..

Entah berapa kali aku nangis saat baca, nggak kehitung. Nangisnya tuh sampai yang sesenggukan sesak banget gitu, hehe. Kurasa bukan karena aku cengeng (aja) sih, tapi memang cerita ini sangat-sangat menyentuh. Emosional banget walaupun sebenarnya sederhana. Kak Laisa yang digambarkan jauh dari kata ‘cantik’, ‘menarik’; ia hitam, pendek, berambut gimbal, namun kecantikan hatinya berhasil membuat aku (dan aku yakin pembaca lain) sayang banget sama tokoh ini. Kagum dan terinspirasi sama cinta juga pengorbanannya yang besar untuk keluarga. Padahal ia hanya bayi yang ditinggal pergi..

Bahkan ngetik ini aku nangis juga. Hahaha. Duuh, Bang Tere berhasil banget deh meracik novel ini. Idenya, alur ceritanya, tokoh-tokohnya, deskripsinya yang detail, bahasanya yang ringan, sudut pandang yang dipakai juga, semuanya keren. I love this book. :) 

Eh ya, ada sedikit lagi yang mau kubahas. Tentang judul. Kenapa ‘Bidadari-bidadari Surga’? Sedari kecil, Kak Laisa, Dalimunte, Wibisana, Ikanuri, dan Yashinta dididik oleh Mamak dengan metode pendidikan canggih, yaitu bercerita. Habis Subuh, Mamak itu selalu menyempatkan diri untuk bercerita, 15-30 menit sudah cukup. Ceritanya tentang Nabi-nabi, sahabat Rasul, keteladanan manusia, keteladanan hewan  dan alam liar (dongeng), dsb. Mereka akan merespon dengan imajinasi masing-masing, terbang bersama imajinasi itu, dan tanpa mereka sadari ada pemahaman arti berbagi, berbuat baik, dan perilaku bersyukur yang diselipkan dalam cerita. Dan proses bercerita itu dilengkapi secara utuh dengan teladan nyata. Kerja keras. Disiplin. Masa kanak-kanak sebagai masa meniru mereka tidak keliru, mereka mendapat keteladanan yang baik dan benar. Mereka tumbuh dengan akhlak yang baik dan karakter yang kuat.

Nah, ‘Bidadari-bidadari Surga’ itu adalah salah satu cerita yang Mamak ceritakan kepada anak-anaknya. Bisa dibilang cerita itu cerita favorit mereka, terutama sih Kak Laisa dan Yashinta. Mereka terbang dan larut dalam imajinasi mereka ketika Mamak membacakan,

“Dan sungguh, di surga ada bidadari-bidadari bermata jeli..” (Al Waqiah: 22)

“Pelupuk mata bidadari-bidadari itu selalu berkedip-kedip bagaikan sayap burung indah. Mereka baik lagi cantik jelita.” (Ar Rahman: 70)

“Bidadari-bidadari surga, seolah-olah adalah telur yang tersimpan dengan baik.” (Ash-Shaffat: 49)

‘Bidadari-bidadari Surga’ ini berhubungan juga dengan jodoh Kak Laisa. Inipun jadi bagian yang menarik dari cerita, yap tentang bagaimana Kak Laisa menemukan jodohnya. Dengan fisik yang jauh dari ideal, meski memiliki hati yang cantik juga kaya luar biasa, sulit menemukan laki-laki yang bersedia menikah dengannya. Berkali-kali adik-adiknya terutama Dalimunte mencarikan jodoh untuk Kak Laisa. Satu cerita tentang calon jodoh Kak Laisa yang mau aku ceritain di sini, karena menarik dan realistis banget.

Ada kakak kelas Dalimunte yang usianya sepantaran Kak Laisa, seorang duda ditinggal meninggal istri tanpa anak. Kakak mentor Dalimunte, aktivis masjid kampus. Bahkan telah dikenal sebagai salah satu penceramah agama terkenal di ibukota. Ia fasih bicara soal mencari jodoh: bukan dilihat dari wajah dan kecantikan pasangan, tapi dari “kecantikan hati”. Dalimunte yakin banget kakak kelasnya itu tidak akan menilai seseorang dari tampilan wajah dan fisik. Lalu proses itu terjadi sangat cepat, bahkan sang kakak kelas merasa tidak perlu melihat foto-foto Kak Laisa. Hanya dengan mendengar apa yang dilakukan Kak Laisa dari Dalimunte, ia merasa sudah menemukan pengganti mendiang istrinya. Malah katanya, “Kakakmu pasti secantik yang ia lakukan selama ini.”

Tapi apa yang terjadi? Ketika untuk pertama kali sang kakak kelas melihat Kak Laisa, respon yang diharapkan sangat jauh dari baik. Dengan latar belakang pemahaman agamanya itu … ia menolak. Saat Dalimunte ‘menghujat’nya, mengkonfrontasi dengan apa yang selama ini ia gembar-gemborkan soal kecantikan hati. Sang kakak kelas hanya berkata, “maksudku, setidaknya cantik adalah menarik hati.” Dalimunte kesal bukan main, tapi ia tidak membenci kakak kelasnya itu secara personal. Ia lebih membenci kenyataan bahwa: betapa munafiknya manusia dalam urusan (mencari jodoh) ini. Sangat wajar Dalimunte merasa seperti itu, soalnya kakak kelasnya itu berpura-pura ada jadwal acara mendadak, ceramah entah di mana, yap seketika setelah melihat Kak Laisa. Dalimunte juga benci pada ukuran-ukuran relatif yang ada di kepala orang ketika mencari jodoh. Dalam pikiran Dalimunte: padahal bila ingin menilai secara objektif, Kak Laisa itu masuk tiga dari empat kriteria utama yang disebutkan Nabi dalam memilih jodoh.

Satu, Kak Laisa itu shalehah. Dalam hubungan dengan Allah maupun hubungan dengan manusia. Dua, dari sisi materi Kak Laisa itu lebih baik dari gadis lain. Perkebunan strawberry yang berhasil itu membentang nyaris dua hektar di lembah kesayangan mereka. Lalu yang ketiga, dari sisi keturunan. Keluarga mereka terhormat, pekerja keras, tidak pernah meminta-minta, jujur, dsb. Lalu mengapa harus mempersoalkan kecantikan? Bukankah itu hanya ada di urutan keempat?

Mau tahu apa tanggapan Kak Laisa atas semua kejadian itu? Ia justru dengan ringan dan bijak, “Keluarga yang baik hanya dapat terjadi ketika suami merasa senang menatap istrinya.. Merasa tenteram.. Jika suami merasa tersiksa melihat wajah dan fisik istrinya, atau sebaliknya, mereka tidak akan pernah menjadi keluarga yang baik. Ingat kisah sahabat Nabi, yang meminta bercerai karena fisik dan wajah pasangannya tidak menenteramkan hatinya.” Dalimunte sangat tahu itu. Dia juga tahu persis kalimat bijak kalau: ketika salah satunya justru memutuskan untuk bersabar atas pasangan yang tidak beruntung dari tampilan wajah dan fisik tersebut, maka surga menjadi balasan buatnya.

Bener-bener deh.. Cerita tentang calon jodoh yang satu ini menurutku realistis banget. Sedih juga kalau ada sosok kayak kakak kelasnya Dalimunte itu. Bukan, bukan karena dia menginginkan yang cantik menarik hati. Itu wajar banget memang. Masalahnya, dia terlanjur gembar-gembor soal yang namanya ‘kecantikan hati’, dan bilang nggak penting cantik wajah. Hyeeuh. Padahal dalam hatinya ya maunya cantik fisik dan cantik hati pula. Bener munafik namanya kalau gitu. Dan salahnya, dia nggak pakai lihat fotonya Kak Laisa dulu. Itu fatal banget. I’ve learned so much from this. :)

Perjalanan mencari jodoh untuk Kak Laisa terus berlanjut. Belum juga berhasil, sementara usia Kak Laisa dan adik-adiknya terus bertambah. Kak Laisa sungguh tak masalah dan merelakan Dalimunte ‘melintas’, menikah duluan. Juga demikian ketika tiba saatnya Ikanuri dan Wibisana menyusul, menemukan jodoh mereka. Momen yang sebenarnya sangat berat dilakukan oleh mereka sendiri. Mereka sebenarnya tidak mau melakukannya, tidak tega pada Kak Laisa. Untuk memutuskan soal ‘melintas’ itu juga butuh waktu yang tidak sebentar, bahkan mereka bertiga sempat membuat calon-calon istri mereka menunggu. Tapi Kak Laisa tahu benar apa yang mereka inginkan, jadi lagi-lagi Kak Laisa mengalah. Ikhlas. Bahkan sesaat sebelum ia pergi untuk selamanya, permohonan terakhirnya adalah melihat Yashinta menikah. Lengkaplah Kak Laisa ‘dilintasi’ keempat adiknya.

Sedihkah Kak Laisa? Tidak. Ia justru bersyukur. “YaAllah.. Terima kasih atas segalanya.. Terima kasih.. Lais sungguh ikhlas dengan segala keterbatasan ini, dengan segala takdirmu.. karena kau menggantinya dengan adik-adik yang baik..” :’)

Sampai akhir hayatnya, Kak Laisa tidak menikah. Dan doa Kak Laisa sebelum pergi, “YaAllah jadikan Lais salah satu bidadari-bidadari surga..”

Sedikit lagi. Yang nggak kalah penting dari semua yang sudah kuceritain di atas, adalah epilog di novel ini. Bidadari-bidadari surga.

"Dengarkanlah kabar bahagia ini.
Wahai, wanita-wanita yang hingga usia tiga puluh, empat puluh, atau lebih dari itu, tapi belum juga menikah (mungkin karena keterbatasan fisik, kesempatan, atau tidak pernah ‘terpilih’ di dunia yang amat keterlaluan mencintai materi dan tampilan wajah). Yakinlah, wanita-wanita shalehah yang sendiri, namun tetap mengisi hidupnya dengan indah, berbagi, berbuat baik, dan bersyukur. Kelak di hari akhir sungguh akan menjadi bidadari-bidadari surga. Dan kabar baik itu pastilah benar, bidadari surga parasnya cantik luar biasa." 

Bidadari-bidadari Surga, salah satu novel terbaik yang pernah aku baca. Semoga kalau jadi dibuat filmnya akan tetap bagus dan tidak mengubah jalan cerita. Btw beredar kabar kalau proses syuting filmnya dimulai besok (18 Oktober 2012) dan perkiraan rilisnya Desember besok. Trus katanya yang bakal jadi Dalimunte itu Reza Rahadian. Ihiy, semoga baguslah. 

Terima kasih untuk karya yang luar biasa ini, bang Tere Liye :) 

*nggak nyangka “membahasnya sedikit” bakalan sepanjang ini * :))

Selasa, 16 Oktober 2012

sibuk terjebak

"Orang yang memendam perasaan seringkali terjebak oleh hatinya sendiri. Sibuk merangkai semua kejadian di sekitarnya untuk membenarkan hatinya berharap. Sibuk menghubungkan banyak hal agar hatinya senang menimbun mimpi. Sehingga suatu ketika dia tidak tahu lagi mana simpul yang nyata dan mana simpul yang dusta."
-Tere Liye, Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin 

Nah loh, dalem banget ga tuh :p

dunia sempit

Ahad tanggal 7 Oktober 2012 lalu, sepupu dua kali-ku menikah. Sepupu dua kali? Itu lho, anak-anak dari sepupunya Mama atau Papa. Aku biasa nyebutnya gitu. Yang nikah namanya Mba Mita, dia anaknya sepupu Papa (sepupu Papa: anak dari Budenya (Bude Papa: kakaknya Uti (Uti  itu Eyang Uti-ku): ibunya Papa) –nggak bingung kan? :p). 

Ahad itu aku makin sadar kalau dunia itu sempiit. Kenapa? Kayak yang udah aku share di twitter Ahad malam itu juga (kalau ada yang baca), “Dunia memang sempit. Seringnya, kita sadar hal itu kalau ketemu kenalan kita di pernikahan saudara.” Hehe. Yoi, aku ketemu seseorang yang aku kenal, yang bukan saudara, di nikahannya Mba Mita. Siapakah dia? :D Udah aku tweet juga sih. Dokter THT langgananku, dokter THT favoritku di RS Pasar Rebo (yang udah pernah kuceritain juga di sini): Dokter Aswaldi! :) 

Jadi ceritanya, pas lagi nunggu akad nikah gitu, ada seorang bapak tua lewat. Aku tadinya nggak ngeh. Aku yang lagi duduk-duduk sama sepupu-sepupu dua kali-ku yang lain dan misah sama orangtua kami masing-masing yang juga lagi ngumpul cuma denger suara heboh Mama. Tapi aku saat itu cuek aja, habisnya Mama kan memang heboh orangnya haha. Pas lagi jalan menuju masjid buat akad nikah, ngobrol sama Mama.. “Dek, ada dokter Aswaldi lho!” Haa? “Nggak denger ya tadi Mama heboh banget pas liat dia lewat?” Iya sih, aku denger, tapi ya itu tadi, nggak gitu merhatiin kenapa, orang Mama biasanya emang heboh :p

Etapi kok Mama bisa ngenalin beliau? Singkatnya sih, karena Mama juga suka hahaha. Mama kan juga pernah nemenin aku waktu berobat. Terkesan juga sama baik dan ramahnya dr. Aswaldi. Selain itu, Akung (kakekku dari Papa) yang fungsi pendengarannya mulai menurun juga beberapa kali berobat ke beliau (yehehe atas rekomendasi aku dan Mama :p), dan iya ditemenin sama Mama juga berobatnya. Jadinya gitu deh.

“Tau nggak Dek, dia tuh ternyata kakak iparnya Pakde Nazar!” Haa? Yaampuun. Pakde Nazar itu suaminya Bude Endang –sepupu Papa, yang tidak lain adalah Papanya Mba Mita. Hyehee sempit bener. “Suaminya dr. Nina ternyataa.. Mama juga baru tau.” dr. Nina itulah kakaknya Pakde Nazar, nah kalau yang ini Mama kenal. Ih seneng banget lho, hehe langsung sumringah. Mana pas disapa Mama beliaunya tuh inget gitu, ramah nyapa juga, nanya hubungan saudaranya di mana. “Akung kalau tau juga pasti seneng deh nih.” Aku juga yakin gitu. Soalnya Akung itu orangnya agak rewel gitu (yaa faktor usia juga sih), suka males ke dokter, suka nggak nurut sama dokter, susah cocok deh sama orang. Nah waktu berobat sama dr. Aswaldi ini, Akung tuh seneng. Cocok, mau cerita banyak, mau dengerin dokternya. Sayang pas nikahan kemarin Akung nggak bisa hadir, jadi nggak bisa ketemu dan tau kabar baiknya langsung deh. Sayangnya juga pas nikahan itu nggak dapat kesempatan buat ngobrol sama beliau, soalnya beliau dapat tugas jadi among tamu gitu, sementara aku nemenin Mama ngawas dan ngecek-ngecekin catering.

dr. Aswaldi ini (kayak yang udah pernah kuceritain), udah tua orangnya. Tapi masih berjiwa muda. Pas nikahan kemarin juga aku baru tau kalau beliau sebenarnya udah pensiun. Entah karena dokter THT itu sedikit, atau beliau itu dokter favorit banyak orang (hyehe subjektif deh kamyu), akhirnya beliau dipekerjakan lagi. Kayaknya sampai akhir hayatnya beliau bakal terus men-dokter di Pasar Rebo deh.

Inti dari postingan ini selain bahwa dunia sempit adalah.. seneng deh bisa saudaraan (jauh) sama beliau, hahaha. Wahai teman-temanku yang dokter, semangat yah melakukan pekerjaan mulia kalian. Jadilah dokter baik ramah dan menyenangkan, soalnya pasien seneng banget sama dokter kayak gitu. Ntar pasiennya kalau kenapa-napa datengnya ke kalian deh hehe. Jangan jutek apalagi galak, nanti pasiennya menjauh :D Dan wahai teman-teman yang mau tau dr. Aswaldi kayak apa, kali-kali mau mbuktiin ceritaku, coba aja ke RS Pasar Rebo lantai 3 (THT) hari Selasa, Kamis, atau Sabtu :p

Kamis, 13 September 2012

heart touching story

Cerita ini aku temuin di sini. Pernah ku-share di notes FB. Dalem dan berkesan banget, makanya pengen tak posting di blog hehe. Selamat menyimak.

A doctor entered the hospital in hurry after being called in for an urgent surgery. He answered the call asap, changed his clothes & went directly to the surgery block. He found the boy's father pacing in the hall waiting for the doctor. On seeing him, the dad yelled:

"Why did you take all this time to come? Don't you know that my son's life is in danger? Don't you have any sense of responsibility?"


The doctor smiled & said:

"I am sorry, I wasn't in the hospital & I came as fast as I could after receiving the call and now, I wish you'd calm down so that I can do my work."

"Calm down?! What if your son was in this room right now, would you calm down? If your own son dies now what will you do??" said the father angrily
.

The doctor smiled again & replied: "From dust we came & to dust we return, blessed be the name of God". Doctors cannot prolong lives. Go & intercede for your son, we will do our best by God's grace."


"Giving advises when we're not concerned is so easy", murmured the father.


The surgery took some hours after which the doctor went out happy,

"Thank goodness!, your son is saved!" And without waiting for the father's reply he carried on his way running. "If you have any question, ask the nurse!!"

"Why is he so arrogant? He couldn't wait some minutes so that I ask about my son's state" Commented the father when seeing the nurse minutes after the doctor left.


The nurse answered, tears coming down her face: "His son died yesterday in a road accident, he was in the burial when we called him for your son's surgery. And now that he saved your son's life, he left running to finish his son's burial."


"Moral: Never judge anyone because you never know how their life is & what they're going through."

Semoga ada manfaatnya :)

The falling leaf doesn't hate the wind..

Daun yang jatuh tak pernah membenci angin..

Iya betul, itu judul novel. Karyanya bang Tere Liye. Udah cukup lama terbitnya, tapi aku baru baca kemarin. Telat deh, hehe.

Ga tau ya, udah berbulan-bulan aku ngerasa minat bacaku menurun. Hmm, lebih tepatnya jadi agak susah munculin mood buat baca buku; yang pada akhirnya bakal bikin proses baca buku jadi lama banget. Kalo lagi ga mood itu, baca buku ringan nan tipis aja bisa berhari-hari ga selesai-selesai. Padahal dari dulu hobiku baca. Dari kecil, kalo ditanya hobi ya jawabannya baca. Kalo ngisi biodata di orgi2 punya temen jaman SD dulu, di bagian Hobi pasti ngisinya baca. Kalo mau tidur aja harus baca buku dulu baru ngantuk dan bisa tidur. Tapi yang barusan (baca buku dulu baru tidur) sih kayaknya cuman bertahan sampe SMP deh haha. Padahal habits yang cukup oke kalo diinget-inget. Analisisku soal yang jadi alasan kenapa minat baca bisa menurun ini, yaa disadari atau tidak, ada andil perkembangan teknologi juga. Bikin lebih asik main komputer, main internet, dlsb daripada baca buku.

Okeh, back to topic. Bukan mau bahas soal baca sih. Jadi ceritanya kemarin aku lagi mood baca, yang jadi korbannya adalah novel "Daun yang jatuh tak pernah membenci angin"-nya bang Tere Liye itu. Aku di rumah punya beberapa buku karyanya bang Tere, tapi percaya atau ga, aku baru khattam buku Hafalan Shalat Delisa. Itu juga udah lama banget, payah deh hehe. Nah kemarin, aku bisa baca buku bang Tere itu beberapa jam aja (3 jam-an). Bukunya setebal 256 halaman. Yah, standard sih, ga terlalu tebal. Tapi buat orang yang notabene udah jarang baca ya lumayan juga. Selain karena lagi mood baca itu, alur ceritanya asik banget. Mengalir, cukup membawa pembaca ke dalam cerita, bikin penasaran, yah begitulah. Kata orang sih itu emang ciri khas bang Tere. Ntar kubuktiin deh pas baca buku-bukunya yang lain lagi :D

Novel ini menarik banget. Jujur, awalnya aku (dan rasanya sebagian besar pembaca) tertarik sama judulnya. Soal judul ini, bang Tere bilang diambil dari quote anonim film Jepang Zatoichi: the falling leaf doesn't hate the wind. Dari judulnya, dugaanku novel ini bakal berkisah tentang sesuatu yang harus diikhlaskan. Dan ternyata memang ga jauh dari itu. Nih tak ketikin tulisan penarik di halaman belakang yah:

Dia bagai malaikat bagi keluarga kami. Merengkuh aku, adikku, dan Ibu dari kehidupan jalanan yang miskin dan nestapa. Memberikan makan, tempat berteduh, sekolah, dan janji masa depan yang lebih baik.

Dia sungguh bagai malaikat bagi keluarga kami. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan teladan tanpa mengharap budi sekalipun. Dan lihatlah, aku membalas itu semua dengan membiarkan mekar perasaan ini.

Ibu benar, tak layak aku mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas. Maafkan aku, Ibu. Perasaan kagum, terpesona, atau entahlah itu muncul tak tertahankan bahkan sejak rambutku masih dikepang dua.

Sekarang, ketika aku tahu dia boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih dari seorang adik yang tidak tahu diri, biarlah.. Biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun.. daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggutkan dari tangkai pohonnya.

Ceritanya bisa dibilang unik. Alurnya asik, bahasanya ringan, settingannya nyata (dan dekat dengan kehidupan: Depok! :D), bisa bikin kita ikut masuk dalam ceritanya, ga bertele-tele, yah ga fiktif banget gitu deh.

Ada beberapa kalimat yang aku suka dari novel ini:

Daun yang jatuh tak pernah membenci angin.. Dia membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya..

Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan.

Tak ada yang perlu disesali. Tak ada yang perlu ditakuti. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawanya pergi entah ke mana. Dan kami akan mengerti, memahami, dan menerima..

Nice lah ini novelnya. Inspiring. Cukup banyak pelajaran yang bisa diambil. Jadi pengen punya dan baca semua karyanya bang Tere haha. Selama ini cukup aktifnya ngikutin beliau di FB aja sih (itu juga inspiring banget :D).

Buat yang belum baca, ga ada salahnya baca novel ini, selamat membaca! :)

Kamis, 22 Maret 2012

Tentang Ari

Semalam, pukul 23.50 ada bunyi sms masuk. Dari Ari. Langsung kubuka.
Isinya: "Apakabar nih?"

Wah surprise banget. Udah lama ga (di)sms(an) sama Ari. Ga pikir panjang, langsung kubales. Kabar baik, nanya kabar balik, nanya kok belum tidur, pokoknya habis itu kami smsan cukup lama.

Siapa sih Ari? Postingan ini khusus aku tulis untuk Ari. :)

Aku kenal dia sekitar setahun lalu, waktu masa-masanya ambil data tryout skripsi. Ari bukan subjek tryout aku, dia subjek tryout-nya temen sepayungku. Fyi dan mengingatkan, skripsiku kemarin ikut payung penelitian Remaja Berkebutuhan Khusus. Jadi subjek mahasiswa yang ikut payung penelitian ini RBK semua. Subjekku autism, sementara subjek temenku di atas adalah tuna netra.

Yup, Ari adalah anak tuna netra yang kukenal sekitar setahun yang lalu. Dia bukan tuna netra totally blind, dia low vision, alias masih bisa melihat sedikit. Waktu itu siang menjelang sore (aku lupa tanggalnya, kayaknya sekitar April 2011) aku nemenin temenku, oke sebut saja namanya Mawar (jiah :p), ke PSBN (Panti Sosial Bina Netra) di Cawang. Mawar masih butuh 4 orang lagi buat jadi subjek tryoutnya dan di PSBN Cawang ada 4 orang yang sesuai sama karakteristik subjek yang dicari. Empat orang itu dua laki-laki, dua perempuan. Tapi sayangnya aku udah lupa nama-namanya siapa aja, kecuali Ari. Yah kita sebut aja yang perempuan itu A dan B, yang laki-laki Ari dan C ya hehe.

Karena alat ukur penelitiannya kuesioner, sementara subjeknya tuna netra, jadilah pengambilan datanya dengan bacain kuesioner ke mereka, nanti mereka jawab langsung (diomongin) trus jawabannya ditulis. Tadinya aku ke PSBN cuma nemenin Mawar aja, tapi ngeliat keadaannya kayak gitu, ya aku bantuin Mawar dong (cie). Hehe soalnya item kuesionernya cukup banyak, kayaknya ga memungkinkan kalo Mawar kerja sendirian, sementara deadline buat ambil data tryout udah deket. Mawar bilang, dibagi dua kelompok aja, satu megang yang kelompok perempuan; satu lagi megang yang laki-laki. Awalnya Mawar nawarin, "kamu mau megang yang mana nih?" Tapi dari gesturenya aku tau Mawar mengharapkan aku megang kelompok laki-laki. Hehe soalnya Mawar ini akhwat banget (trus lo bukan? haha yah, ga se-akhwat dia :p), aku tau banget dia agak enggan kalo megang kelompok laki-laki. Oke fix, aku megang kelompok laki-laki (Ari dan C), Mawar megang kelompok perempuan (A dan B).

Aku sama Mawar memutuskan untuk membagi teritori juga, biar konsen. Yaudah akhirnya aku sama Ari dan C nyari tempat pewe, Ari nyaranin di kursi panjang deket tangga aja. Oke. Mawar sama A dan B milih tempat di depan kamar asramanya B. Sip. Permulaan biasa, kenalan dulu, nanya-nanya biodata gitu. Awalnya Ari agak tertutup dan ga selancar juga seantusias C kalo ngejawab. Aku ngerasa Ari agak insecure gitu. Contohnya pas aku nanyain biodata, dia sering banget nanya "harus banget dijawab ya kak?" gitu-gitu deh. Tapi ternyata itulah dinamikanya, emang harus bangun rapport dulu kan, ga bisa langsung deket. Alhamdulillah lama-lama kita bertiga bisa cair sih, Ari dan C asik banget diajak bercanda dan ngocol-ngocolan.

Sekitar 1,5 jam aku bacain kuesioner yang langsung dijawab sama Ari dan C. Aku selesai duluan, sementara Mawar masih sama A dan B. Aku nunggu Mawar sambil ngobrol-ngobrol santai aja. Tiba-tiba Ari bilang, "Kak, ga adil deh kayaknya kalo kita ga tau tentang kakak. Ayo cerita dong." Si C iya-iya aja. Akhirnya aku cerita sedikit tentang aku tuh. Ari sama C trus nanya-nanya kuliah segala macem, eh trus tiba-tiba Ari izin pergi ke kamar sebentar. Pas balik ke aku sama C, dia bawa kertas sama benda kayak batangan gitu. "Kamu mau ngapain Ri?" Dia bilang, "Ari mau nyatet alamat sama nomor telepon kakak." Ooh ya ampuun. Benda yang kayak batangan itu ternyata alat buat mem-braille-kan tulisan. Aku juga baru pertama kali liat waktu itu. Yaudah, aku sebutin alamat rumah sama nomor HPku, Ari nyatet di kertas dengan huruf braille (pake alat itu).

Ga berapa lama kemudian, Mawar selesai. Tapi wajahnya tampak tidak cerah. Pas kutanya kenapa, dia bilang, "Abis kuitung lagi ternyata subjekku masih kurang 1, Te." Whaaat? Aku kaget get get get (lebay). Trus gimana dong bro? Akhirnya aku nanya Ari deh, "Ri, di sini ada gak yang umurnya 12-20 tahun (remaja) selain kalian berempat?" Alhamdulillahnya A, B, C, dan Ari bilang ada. Satu orang lagi, sebut saja si D. Ari langsung manggil D. Mawar pun lega. Untungnya D juga lagi ga sibuk dan ga keberatan jadi subjek. Aku sama Mawar sholat Asar dulu, karena udah mau jam 5. Habis sholat, Mawar langsung bacain kuesionernya ke D. Tempatnya di kursi panjang bawah tangga tempat aku sama Ari dan C tadi. Aku duduk di anak tangga sama Ari. A, B, sama C pamit ke kamar mau mandi sore. Aku tanya ke Ari, "Kamu gak mandi, Ri?" dia jawab, "Males ah, ntar aja." Haha bandel :p Tapi gapapa sih, aku kan jadi ada temen juga sambil nungguin Mawar.

D kayaknya suka main gitar, dia bawa-bawa gitar soalnya. Tapi selama kuesioner dibacain kan ga bisa main, gitarnya ditaro aja. Ari tiba-tiba ngambil gitarnya, trus genjrang-genjreng.
Ari nanya, "Kakak bisa main gitar gak?"
Aku jawab, "Bisanya cuma do re mi fa sol la si do doang, kunci-kunci ga bisa haha. Emang kamu bisa ya Ri?"
Dia bilang, "Bisa dong." sambil genjrang-genjreng.
(Iya, aku emang ga bisa main gitar haha, padahal Papa sama si Mas jago gitarnya. Dari kecil udah disuruh belajar tapi akunya males :p)
Tiba-tiba Ari mainin nada yang udah aku kenal banget. First Love-nya Utada Hikaru!
Sadis nih anak. Refleks aku nyanyi tuh hehe trus Ari nanya, "Eh kakak tau lagu ini? Ini lagu kesukaan aku."
"Ini lagu kesukaan aku juga Ri.. :')" (lebay deh emotnya :p)
"Yaudah kak, nyanyi, Ari yang mainin."
Jadilah kita di tangga nyanyi gitaran gitu sementara Mawar sibuk sama D. :p

Kelar nyanyi-nyanyi, kita ngobrol-ngobrol. Aku nanya soal penyebab Ari jadi tuna netra low vision. Sebenernya di kuesioner juga ada pertanyaan tentang penyebab kebutuhan khusus subjek, tapi pas ditanya itu Ari cuma bilang "kecelakaan" aja. Di situ aku tanya lebih detail soal kecelakaannya. Ari cerita deh..

Ari suka banget main bola. Pas kelas 5 SD, dia lagi main bola di sekolah, tiba-tiba mukanya kena bola. Iya, di bagian mata kenanya. Pas itu cuma kena mata kirinya. Sakit, gelap, dibawalah ke dokter. Sama dokter ditanganin, entah dioperasi atau gimana (maaf aku lupa hihi), tapi hasilnya ga ada, ga membaik sama sekali. Ari cerita sih dia korban malpraktik. Karena habis ditanganin dokter mata kirinya ga ada kemajuan, malah mata kanannya ikutan susah ngeliat. Ari sama keluarganya sebenernya pengen nuntut, tapi merasa ga berdaya karena ga ada biaya. Akhirnya pasrah. Ari udah susah ngikutin pelajaran, akhirnya dia berhenti sekolah. Setahunan ga sekolah, dia ga betah juga kayaknya. Trus Ari bilang sama orang tuanya kalo dia mau sekolah lagi. Akhirnya dia dimasukkin ke PSBN Bekasi. Beberapa tahun di PSBN Bekasi, ternyata Ari-nya ga begitu betah. Jadilah dia pindah ke PSBN Cawang.

Miris banget rasanya. Jadi, Ari ini pernah sekolah, sampe SD kelas 5.. Dia udah cukup banyak bisa ngeliat dunia gitu istilahnya, trus tiba-tiba gara-gara kena bola dan andil salah penanganan dokter semuanya jadi berubah. Keliatan sih Ari emang agak beda kalo dibandingin sama A, B, C, yang ternyata udah jadi tuna netra (low vision juga) sejak lahir (faktor keturunan). Ari tampak lebih "pintar" lah, begitu gampangnya. Dari situ aku mikir, "Ya, karena dia kecilnya normal, pernah sekolah normal." Yang bikin Ari agak beda juga adalah semangat belajarnya dia. Pertama kali ketemu dia, dia lagi megang buku pasal-pasal gitu. Katanya sih mau ada lomba (ini nanti aku ceritain juga).

Selain itu, kayaknya dia ga mau menjadikan kekurangan yang dia punya menghambat dia untuk berkembang. Nyatanya, pas aku lagi bacain kuesioner ke Ari dan C, sempat ada guru yang lewat tangga. Ternyata beliau guru bahasa Inggris. Beliau lewat, Ari nyapa, trus bilang, "Bu, besok Ari mau pinjem kamus dong!" Gurunya bingung. "Buat apa emang, Ri?" Ari jawab, "Pengen Ari braille-in. Pengen belajar bahasa Inggris." Luar biasa yah. :')

Menjelang Maghrib, Mawar dan D selesai. Ari dan D balik ke kamar, mandi, siap-siap sholat Maghrib, makan malam. Aku sama Mawar juga siap-siap sholat Maghrib trus pulang. Habis sholat Maghrib, aku sama Mawar nyari Ari, A, B, C, D buat pamit pulang tapi ga ketemu. Akhirnya pulang tanpa pamitan. Tapi aku inget kalo aku udah nyimpen nomor HP Ari di HPku (sempet tukeran), yaudah akhirnya lewat telpon aku sama Mawar pamit pulang. Ari tadinya mau nyusulin, tapi aku bilang ga usah. Trus di telpon Ari bilang, "Nanti smsan ya kak!" Sip.

Beberapa minggu setelah pertemuan pertama yang jadi bikin aku ngerasa sayang dan nganggep Ari kayak adek sendiri itu, Ari ngirim sms ke aku. Ngabarin kalo dia mau ikut lomba dan minta doa supaya menang. Lomba apa sih? Ari bilang ada lomba di Komisi Yudisial (atau Mahkamah Konstitusi gitu ya, aku lupa :p) buat tuna netra, pokoknya tentang pasal-pasal gitu (mungkin cerdas cermat, aku juga kurang tau sih, hihi). Berhari-hari ga ada kabar, akhirnya aku sms Ari, nanyain perkembangan lombanya. Ari bilang, timnya udah kalah di semifinal. Kayaknya dia agak sedih sih, yaudah akhirnya aku sms menghibur dan menyemangati. Bahwa melaju sampai semifinal itu udah hebat banget. Ari ga boleh berhenti belajar cuma gara-gara kalah lomba. Baru deh dia keliatannya ceria lagi (di sms ya :p).

Setelah itu, Ari masih cukup sering sms aku, biasanya kalo lagi butuh temen atau gak bisa tidur. Tapi seringnya aku jawab sekenanya, karena saat itu lagi menjelang sidang. Kalo diinget-inget jadi ngerasa bersalah hehe. Abis sidang, lulus, aku lumayan loss contact sama Ari. Menjelang Ramadhan, Ari sms. Minta maaf dan ngucapin selamat puasa. Dari situ mulai lagi Ari cukup sering kirim sms, yang biasanya berlanjut dengan smsan, yaa kira-kira dua minggu sekali hihi. Nanya kabar, cerita keseharian, pokoknya apa aja yang mau dia ceritain, aku tanggepin; jaga silaturrahim.

Per September kemarin, Ari udah ga di PSBN lagi. Dia pindah ke sekolah inklusi di daerah Condet. Katanya supaya lebih deket sama rumahnya (di Lenteng Agung). Aku dukung banget dia sekolah di sekolah inklusi karena aku yakin dia bisa lebih berkembang di sana, soalnya dia cukup pinter. Eh... November kemarin dia ngabarin kalo dia berhenti sekolah. Katanya mau belajar pijit aja, sambil bantuin kakaknya yang jadi montir. Aku sedih banget sebenernya. Tapi gimana lagi.. Aku cuma bisa bilang, "Tapi Ari jangan berhenti belajar ya, buku-bukunya tetep dibaca." Dia bilang, "Iya kak, Ari juga mau tetep belajar. Cuman pengen belajar pijit juga. Kata orang pijitan Ari enak." Yaudah kalo emang itu pilihannya..

Nah, semalam Ari sms. Aku surprise karena udah sebulanan ga smsan. Itu kan udah larut ya, aku nanya kenapa dia belum tidur, dia bilang belum ngantuk aja. Yaudah biasa, nanya kabar gimana, dll. Ari masih beraktivitas kayak yang terakhir dia ceritain. Mijit sambil bantuin kakaknya. Lucunya, pas udah jam 00.05, dia sms gini, "Kak, aku lagi ulang tahun nih, ga ada yang doain?" Oh em ji hihihi, jadi dia belum tidur karena nunggu pergantian hari! :D Aku emang ga inget Ari ulang tahunnya kapan, makanya ga ngucapin. Hehe sampe dia bilang sendiri gitu. Yaudah akhirnya aku ucapin selamat dan doa deh..

Selamat ulang tahun yang ke-20, Ari..
Semoga Ari selalu dalam lindungan Allah, sehat walafiat, jadi anak sholeh, jangan berhenti belajar ya.. :")
source gambar: ini

i'm back! :p

bismillahirrahmanirrahiim..

Assalamualaikum sadayana! :D

Setelah berbulan-bulan tidak update postingan apapun di blog tercinta ini, sekarang mari kita isi dengan isi-isian.. mauwo minta huruf apa! *lah jadi maenan kotak pos :p

Serius ah serius.

Yak. Banyak sekali yang ingin diceritakan. Klise deh ah. Etapi beneran. Sehari beraktivitas aja sebenernya buanyak yang bisa diceritain, apalagi berbulan-bulan. Uhm, kenapa ya gw tuh males dan susah banget bangun mood bagus buat nulis. Padahal yang mau dituangin tuh banyaknya minta ampun. "Ampun, ampun!", gitu katanya. #apasih #gajelasbangetlosar

Yaudah, sekarang kita beneran serius ya. Sadarkah kalian bahwa blog ini habis ganti template (lagi)? Hahaha, yah begitulah sodara-sodara. Tau nih, kok rasanya ga afdhol kalo ga ganti template dan bebenah dikit. Uhm, bilang aja bosen deh haha. Etapi ini masih ada yang belom beres nih bebenahnya. Masa widget blogroll-nya ga bisa diganti nama pake nama pemilik blog, jadi yang muncul welcome word di blognya deh -..- Ga ngerti juga kenapa, masih terus dicoba diganti sih hehe doakan berhasil ya. Abisnya ga enak banget diliat kalo ga pake nama pemilik blog heuh.

Baiklah, cukup basa-basinya ya. Ini postingan pembuka aja, intermezzo dan kangen-kangenan. (hashtag: apa banget) Yak, insyaAllah abis ini kita posting yang... yaah, baca aja dah kayak apa. Haha.


Ciao! :D